Cover Book Chapter: Pertanian dalam Ketahanan Pangan Selama dan Sesudah Covid-19
Yulianto Tell melalui tulisan berjudul Ketahanan Pangan Berbasis Pertanian dan Perikanan Selama dan Sesudah Covid-19 menguraikan tentang peran penting sektor pertanian dan perikanan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Diperlukan inovasi dan rekayasa teknologi untuk mendukung ketahanan pangan sesudah pandemi. Teknologi akuaponik merupakan suatu teknologi budidaya ikan bersama tanaman sayur/buah yang dipandang layak untuk diterapkan pasca pandemic Covid-19 dalam mendukung ketahanan pangan.
Makna Simbolik Dewi Nini Sebagai Bentuk Sakralisasi Budaya Agrikultur Masyarakat Hindu Bali, karya Putu Sabda Jayendra terkesan menegaskan bahwa esensi budaya agrikultur telah menjadi bagian integral kehidupan sosio kultural masyarakat Hindu Bali. Artinya bahwa Dewa Nini sebagai simbol dari Dewi Sri merupakan representasi dari aspek feminis Tuhan yang dalam keyakinan spiritual mereka cukup memiliki fungsi sentral dalam menjaga keberlangsungan budaya agrikultur di Bali. Hal itu menjadi pertanda bahwa kebertahanan budaya agrikultur berimplikasi terhadap kehidupan sosial dan religius bagi masyarakatnya.
Tulisan I Nyoman Tika berjudul Persenyawaan Kaum Milenial dengan Sektor Pertanian Dimasa Pandemi Covid-19, menyentil kalangan muda yang belum tertarik dengan sektor pertanian yang identik dengan lumpur dan pendapatan yang rendah. Diperlukan suatu transformasi dari pertanian tradisional menuju pertanian modern ketika terjadi pandemi seperti ini. Sektor pertanian akan menjadi lapangan pekerjaan yang menjanjikan sehingga generasi muda perlu diberikan sentuhan agar terbentuk persenyawaan dengan sektor pertanian.
Politik Kebijakan Ketahanan Pangan Indonesia Pasca Pandemi Covid-19 yang ditulis oleh Eko Eddya Supriyanto mengajak para pembaca agar perlu menunjukkan cara kita memahami ketahanan pangan dengan perspektif kita yang lebih luas tentang globalisasi ekonomi dan budaya serta kemiskinan.
Salah satu upaya dalam menyikapi berbagai isu sumber daya lahan dan masalah kerusakan lingkungan dalam pembangunan pertanian berkelanjutan di Bali yakni penerapan pola integrasi antara ternak dan tanaman. Solusi ini diangkat oleh I Gusti Lanang Patra Adiwirawan dalam karya tulisnya yang berjudul Membangun Desa Pertanian yang Ramah Lingkungan Berbasis Inovasi Teknologi Pertanian.
Kebutuhan pangan masyarakat harus terpenuhi melalui upaya menjaga ketahanan pangan khususnya pangan strategis. Demikian pernyataan yang disampaikan oleh I Made Tresna Kumara melalui tulisan berjudul Menjaga Ketahanan Pangan di Bali Melalui Stabilitasi Pasokan dan Harga Pangan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan pangan sangat ditentukan oleh ketersediaan dan distribusi pangan. Selain itu stabilitas pasokan dan harga pangan juga sangat dipengaruhi oleh distribusi pangan.
I Ketut Widnyana dalam tulisan berjudul Inovasi dan Kreativitas dalam Optimalisasi Pendapatan Urban Farming Akibat Pandemi Covid-19 mengawali tulisannya bahwa masyarakat Bali secara turun temurun melakoni hidupnya dengan bertani. Namun sejak 3 dekade terakhir masyarakat seolah dimanjakan dengan kemajuan sektor pariwisata sehingga seolah melupakan sektor pertanian. Ketika terjadi pandemi Covid-19, sektor pariwisata menjadi sepi dan memaksa masyarakat harus kembali kepada sektor pertanian. Namun semestinya adalah jangan menjadi petani apabila hanya sekedar untuk menyambung hidup, tetapi jadilah petani yang kreatif dan inovatif agar dengan bertani bisa mencukupi kebutuhan hidup. Beberapa solusi kreatif dan inovatif yang ditawarkan melalui tulisan ini yaitu bertanam sayuran pola hidroponik, aquaponik, dan inovasi lainnya.

0 Komentar